Selasa, 27 Maret 2012

Yellow Blinking In You Eye

Ada sebuah meja kecil dengan dua kursi yang tak kalah mungilnya di taman depan rumah. Aku suka duduk di sana sehabis Maghrib. Seperti sekarang ini. Kebetulan sedang bulan purnama. Aku duduk di sini dengan segelas teh celup. Kucelup-celupkan kantongnya agar cepat kental. Dan bayangan bulan yang kuning bulat memantul di dalamnya. Aku mendongak dan mengangumi kecantikannya. Bintang-bintang seolah menjauh takut tersaingi sinarnya.
Dan aku tersenyum. Tersadar apa yang baru aku lakukan. Aku jadi hobi melihat bintang gara-gara seorang teman di SMA dulu. Dia selalu memaksaku melihat mereka. Dan berusaha meyakinkanku bahwa mereka itu kuning dan selalu berkedip. Aku jelas tidak setuju. Mereka jelas-jelas berwarna perak dan hanya diam melotot. Perdebatan pun dimulai. Biasanya dia akan membuat perumpamaan bahwa bintang itu seperti mata kita yang berkedip setiap saat. Aku menyangkalnya lagi. Bintang tidak punya kelopak seperti mata kita. Mereka hanya punya bola mata berwarna perak yang selalu bersinar.
Biasanya dia putus asa setelah itu. Namun tetap belum mau mengakui pendapatku.
"Suatu saat akan kubawa mereka ke mataku dan kau akan percaya mereka benar-benar kuning dan berkedip."
Aku tertawa. Dan tehku tumpah sedikit. Mengenai permukaan sebuah benda di atas meja. Aku menengok sebentar. Ada sebuah undangan yang masih terbungkus plastik. Percikan tehku tumpah di sana. Kecil-kecil seperti embun. Namun berwarna coklat. Aku menaruh tehku di sisi lain meja dan mengambil undangan itu. Kurasa ia sudah di sana dari tadi. Namun aku terlalu tertarik pada bulan yang cantik di atas sana hingga mengabaikannya.
Kubuka plastiknya. Undangan itu warnanya krem. Aku membuka dan melihat namanya tercetak di sana. Bertinta kuning keemasan seperti inisial di muka undangan. Aku melihatnya berkedip seolah mengejekku bahwa teori bintang perak dan melototku itu salah. Bayangan matanya seketika muncul berkedip-kedip. Bola matanya tidak lagi hitam. Tapi seperti tinta yang melukiskan namanya itu. Dia telah membawa bintang-bintang tadi. Hanya agar aku melihat dan membenarkannya. Bukan untuk kumiliki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar