Rabu, 21 Desember 2011

Fanfic Lagi!!!!!!!!

Halo, semua. Kembali lagi saya, satu-satunya admin di blog ini. jaah, kayak blog terkenal aja. okeh, to the point, saya ada fanfic baru niy. Masih seputar Martin dan Coldplay. Pengennya sih, yang lain, tapi, lagi fokus ke ini dulu, hehe. Masih terinspirasi dari lagu Charlie Brown dan Xylobands yang bikin glowing in the dark! Okay, just check this out and don't forget to leave a comment after reading this!

Aku sudah mendengarkannya. Ya, lagu yang akan dirilis band-nya Martin sebagai single ketiga. Dan tebak saja, aku sudah jatuh cinta pada lagu itu. Memang, aku harus mendengarkannya sampai tiga kali untuk benar-benar merasakan bagaimana luar biasanya lagu ini. Ini dia lagu terbaik yang pernah mereka ciptakan. Setiap bagiannya benar-benar luar biasa. Liriknya, petikan gitar, ketukan drum, dan suara Martin yang, haruskah kujelaskan bahwa dia memiliki vocal yang lebih dari prima? Intinya, aku sedang menjalin hubungan yang sangat intim dengan lagu ini.

Martin sudah memainkan lagu ini di rangkaian tour-nya rupanya. Well, sudah agak lama. Hanya aku dulu tak memperhatiakn karena lagu ini bukan lagu favoritku. Tapi sekarang, aku tak akan pernah melewatkan sedikitpun hal-hal yang terkait dengan lagu ini. Dan, ternyata mereka juga sudah merilis video live versionnya. Mengapa Martin tak bilang? Waktu lagu ini ditetapkan sebagai single ketiga saja dia bilang. Aku harus meneleponnya.

Aku memencet beberapa digit nomor dan menekan tombol hijau di ponselku. Sedikit lama aku harus menunggu. Ke mana kau, Martin? Tapi akhirnya, ini dia!

“Wow, adakah sesuatu yang darurat sampai kau meneleponku malam-malam begini.”

“Belum ada jam 8! Apa aku menganggumu?”

“Tidak, tidak, tidak. Masih sedikit lama hingga aku naik ke panggung. Ada sesuatu?”

“Jadi kalian sudah merilis video Charlie Brown yang live?”

“Dan kau baru mengetahuinya?” ada nada pembelaan diri di sana.

“Kenapa kau tak bilang?” kini giliran aku yang membela diri, sedikit gemas dengannya.

“Apakah koneksi internet di rumahmu mati? Atau….kau terlalu sibuk hingga tak sempat mencari berita tentang kami?”

Huuufft… terlalu sibuk?

“Dua hari ini aku memang sibuk dengan interviewku untuk NME. Kau tahu aku sedang berusaha agar aku diterima di sana. Ini percobaan yang keempat.” ada nada putus asa setelah itu. Karena aku tak yakin akan diterima. Tiga kali kesempatan aku gagal. Dan masih berharap beruntung di kesempatan keempat ini.

“Ya. Tapi kau tak bilang ada interview dua hari ini.”

“Pentingkah itu?”

“Setidaknya aku bias mendookanmu.” kembali ada sebuah nada pembelaan. Atau mungkin sebuah perhatian?

“Kau masih bisa mendoakanku. Pengumumannya masih besok.”

“Okay. Oh,ya. Aku berharap kau menonton X-Factor mala mini. Kami akan tampil malam ini dan ada sesuatu yang special. Memang bukan yang pertama kali. Tapi melihat kau sibuk dua hari ini, kau pasti belum melihatnya.”

Aku mengerutkan dahi.

“Okelah. Bye!”

Sesuatu yang special? Wow, mereka membuat kejutan lagi. Sejak album studio kelima mereka, banyak sekali kejutan yang mereka munculkan. Dari musik yang lebih segar, konsep graffiti yang mengagumkan, nama album yang jelas belum pernah kau dengar sebelumnya, hingga kostum gajah dan Martin yang mengendarai unicycle dan banyak hal lain yang kalau kuceritakan cerita ini jadi tidak ada akhirnya.

Aku segera menyalakan TV. Meski sudah tahu X-Factor baru akan mulai 30 menit lagi. Jadi kuputuskan mendengarkan Charlie Brown. Sudah kubilang, aku sedang jatuh cinta dengan lagu ini. Kurasa aku juga akan memutar lagu yang lain. Or let this song on my repeat. Entahlah, aku selalu ingin memutarnya kala lagu ini selesai.

Light a fire a fire a spark. Light a fire a flame in my heart. We’ll run wild. We’ll be glowing in the dark. Aku tak bisa untuk tidak menari. Mungkin aku sudah sehiperaktif Martin sekarang. Bodohlah, aku di dalam rumah. Tidak aka nada orang yang melihat.

All the highs all the lows. As the room a-spinning goes. We’ll run riot. We’ll be glowing dark. Aah, itu dia X-Factornya. Aku melepas headphone yang sedari tadi menempel di telinga. Saatnya menonton Martin. Pasti dia juga memainkan Charlie Brown.

Martin, Jonny, Guy, dan Will sudah di panggung. Martin memakai kaus biru lengan pendeknya. Ya, ya, otot-otot lengannya terlihat jelas. Dan seperti dugaanku, mereka memainkan Charlie Brown. Aku pun segera bersorak kegirangan bak anak kecil yang mendapat 3 lollipop. Tapi, astaga, pandanganku beralih pada sekumpulan cahaya warni-warni yang memancar kala mereka bermain. Kadang hidup kadang juga padam, mengikuti ritme lagu yang sedang dimainkan. Aku benar-benar kagum. Inikah hal spesial yang diberitahukan Martin tadi? Dan…itu jelas bukan bagian dari lightning mereka, sepertinya dari penonton. Bukan glow stick tapi.

Charlie Brown selesai, kini mereka memainkan Paradise. Cahaya warna-warni tadi masih memancar dari arah penonton. Dan tunggu, cahaya itu dihasilkan oleh gelang yang mereka pakai. Ya, kamera televisi baru saja menyorot kea rah mereka. Terlihat jelas mereka mengenakan gelang yang mengeluarkan cahaya. Benar-benar kejutan yang indah, boys!

Butterfly confetti mulai bertebaran. Bagian mereka sudah hamper selesai berarti. Saat mereka sudah menghilang dari panggung, teleponku berdiring. Aku harap ini kau, Martin. Kau harus jelaskan tentang gelang ajaib itu!

“Ya?” jawabku girang, padahal belum tentu itu Martin.

“Aku hanya disuruh Martin untuk memastikan apa kau menonton kami tadi.” sahut suara di seberang sana. Jelas bukan Martin. Tapi aku tahu siapa ini!

“JONNYPUFF!!!!!!!!!!!!!!!” teriakku girang. Ya, ini Jonny. Kekasih Martin sesungguhnya. Haha, kami, para fans, selalu berpendapat demikian.

“Astaga, kalian benar-benar melakukannya! Jonnypuff!” ada tawa riang di sana. Bukan hanya milik Jonny, mungkin yang lain juga ikut bergabung. Aku tersenyum riang.

“Katakan padanya, dia berhutang penjelasan tentang gelang itu. Atau kau mau mengambil alih tugasnya?”

“Yang jelas namanya Xylobands. Kau bisa mendapatkannya kalau kau juga punya selembar tiket. Selebihnya, Martin menyuruhku untuk bilang agar kau membaca interview-nya di internet.”

“Sial, ini pasti gara-gara aku terlambat mengetahui video live Charlie Brown kalian.”

“Haha…kudengar kau sibuk dua hari ini. Bolehkah aku ikut mendoakanmu?”

“Apa? Dasar Martin, dia cerita semuanya?”

Jonny tertawa sebentar.

“Tidak semua. Hanya saat kau menangis melihat video kami saat tampil di festival itu dan interview-mu dua hari ini. Dia bilang kau fan yang sedikit aneh. Hahahaha…..” kembali terdengar tawa riang yang riuh. Pasti bukan hanya Jonny.

“Apa? Katakan pada Martin aku akan menjewernya Minggu nanti. Dan tunggu, apa kau bersama yang lain?” tanyaku penasaran.

Kembali ada tawa yang riuh.

“Will’s here!” suara lain menyahut.

“dan Guy!” satu suara lagi. Astaga, mereka bertiga ada di sana semua.

“Tadi Phil juga ikut sebentar.” Kali ini suara Jonny lagi.

“Lalu di mana Martin?”

“Dia ada interview. Kau mau menunggu?”

“Tidak, tidak. Bilang saja aku akan mendaratkan puluhan jeweran kalau dia dating.”

Kembali terdengar tawa yang riuh.

“Kalau begitu, bye! And Good Luck!”

“Thanks, Jonny! Bye!”

Telepon terputus dan aku tersenyum kembali duduk di sofa. Tapi tak berapa lama kemudian, giliran ponselku menerima sebuah pesan. Dari Martin. Isinya : Aku tunggu jewerannya. Aku tertawa kali ini, namun pesannya tak kubalas. Kembali kupasang headphone dan mendengarkan Charlie Brown. Sudah malam dan aku harus tidur.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar