Minggu, 01 April 2012

Fallin' Apart

"Tadi aku melihatmu lewat depan kantor guru. Mau ke mana?"
Itulah sebuah pesan darimu yang baru saja kuterima. Tak segera kubalas. Aku justru tersenyum dan membayangkan dirimu gelisah menunggu jawabanku. Apa kamu tahu bahwa aku amat menyukai ini? Aku suka kau menaruh perhatian padaku. Kau mau menyisihkan beberapa badan untuk melihat tubuh mungilku berjalan melewati kantor guru, yang cukup jauh dari kelasmu. Untungnya masih terjangkau pandanganmu.
"Perpustakaan." dan aku tersenyum lagi membayangkan bagaimana reaksimu yang akhirnya mendapat balasan dariku.
"Aku menyusul, ya?"
Lagi-lagi aku tersenyum karenamu. Kau pasti sekarang tengah berlari ke sini. Segera kucari buku dan mengambil tempat duduk di pojok, yang sudah kau ketahui.
Lalu kau datang, menggangguku yang seharusnya membaca. Dan kauceritakan lelucon-leluconmu yang seolah tak pernah habis. Dan kita tertawa bersama. Aku suka tawamu yang lepas. Itu mengingatkanku pada seorang kawan di kelas 3 SD dulu. Tapi petugas perpustakaan tidak sependapat denganku. Dia melotot dan menyuruhmu diam. Saat itulah kita akan keluar. Kukembalikan buku yang baru kubaca satu kalimat. Di luar kita kembali tertawa. Tidak ada mata yang melotot kali ini.
Hari-hari berikutnya masih sama. Aku baru membaca satu kalimat. Kau datang dengan lelucon baru lagi. Dan petugas menyuruh kita keluar sekarang. Kukembalikan lagi buku itu dan kita tertawa lagi di luar.
Aku suka leluconmu, tawa anak SD-mu. Aku akan girang jika kau mau memberikannya. Kuberanikan menatap matamu untuk tahu itu. Tapi tidak kutemukan tangan yang terulur. Bahkan bayangan tanganku yang menengadah pun tak ada. Perlahan aku menjauh. Menarik kembali tanganku.
Esoknya ketiga petugas perpustakaan menyuruh kita keluar, bukunya tak lagi kukembalikan di rak. Namun kupinjam agar bisa kuselesaikan. Entah kapan akan kukembalikan. Mungkin hingga kutemukan tangannya terulur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar