Kamis, 03 Februari 2011

Inside the broken bones

" Tulang otak saya patah " kata saya suatu saat. Saat yang tak bisa saya ingat kapan itu pastinya. Tapi saya ingat, orang di sebelah saya memandang aneh. Bukan, lebih tepatnya memandang jijik, seperti melihat tumpukan sampah busuk di sampingnya,,,
" Patah. Gua yakin pasti tulang otak saya patah " kataku beberapa saat kemudian. Dan lagi, dia, uuhhm, kali ini tambah personilnya, orang-orang yang di samping saya kembali jijik memandangi saya. Seolah saya kian membusuk.
" Arrgghh, tolong! Sekarang tulang otak saya benar-benar patah.Arrrggghh " kali ini saya mengerang. Dan mereka, menghindar, menjauhi saya, semakin jijik, seolah saya benar-benar barang busuk.

Andai kalian tahu, tulang-tulang otak saya benar-benar patah.
Ya, tapiiii
adakah tulang pada otak kita? Bukankah tulang yang kita rasakan itu adalh tengkorak? Yang jelas adalah milik kepala dan bukan otak kita? Ya benar, seperti lidah, otak memang tak bertulang.
Dan sungguh mustahil,kan? Bila saya berucap bahwa tulang otak saya patah? Padahal tak ada satu pun tulang di otak? Ya, karena setiap kali saya bilang bahwa tulang otak saya patah, itu berarti, SATU MIMPI SAYA, MUSTAHIL UNTUK JADI KENYATAAN.
huuuuhhh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar