Jumat, 30 Desember 2011

Coldplay Masuk 20 Besar Celebs Gone Good 2011

Halo, semua! Howdy? Hope you get an amazing day in this last day of 2011. Ane posting Coldplay lagi ini, kan lagi happening nih band. Lagi-lagi mereka mencetak salah satu prestasi yang enggak cuma membanggakan tapi juga bikin kita mandang haru #ciyee. Bukan penghargaan musik memang, tapi ini cukup membanggakan. Coldplay masuk dalam 20 besar Celebs Gone Good 2011. Emang sih, cuma urutan 19. Tapi, dan bukan sembarang tapi, perhatiin deh. Dari 20 nama artis yang masuk, Coldplay adalah satu-satunya band di situ. Yang lain soloist, aktor, aktris, dll. Bangga, kan? Emang ga diraguin lagi deh mereka. Udah jago bikin lagu" yang berkualitas, baik hati juga. Inget kan, mereka pernah dinobatin jadi band paling dermawan?
Okay deh, ini full-list 20 Celebs Gone Good 2011 :

1. Lady Gaga

2. Justin Bieber

3. George Clooney

4. Will Smith & Jada Pinkett Smith

5. Leonardo DiCaprio

6. Matt Damon

7. Ellen DeGeneres

8. Brad Pitt & Angelina Jolie

9. Dwight Howard

10. Demi Lovato

11. Shakira

12. Ashton Kutcher & Demi Moore

13. will.i.am

14. Blake Shelton & Miranda Lambert

15. Nick Cannon

16. Lea Michele

17. Daniel Radcliffe

18. Miley Cyrus

19. Coldplay

20. Taylor Swift

Kamis, 22 Desember 2011

My Fanfic Blog

Hello, guys! Pernah ngomong kan kalo mau bikin blog KHUSUS buat nampung fanfic. Walau di tumblr. Yaap, ini dia. Emang sih udah jadi sekitar 2 hari lalu, cuma dulu tampilannya masih ga memungkinkan buat di-share :D . So here it is :

MARTIN DAN SEBUAH CERITA
Isinya sih masih ketiga fanfic yang pernah saya posting di sini. Nah, dengan adanya blog itu, saya ga bakal post fanfic saya di sini lagi. So you can go there and read it :)

Rabu, 21 Desember 2011

Untuk Manis, Sebulan Yang Berharga

Kau tak bicara
tapi kau mengatakannya padaku
Kau seorang teman
yang kupeluk kala tiada yang lain di sana
Kau selalu ada
dalam bentuk kepolosan yang menggemaskan
Cintamu nyata untukku
meski yang kubalas tak sebesar milikmu
Untukmu, Manis
anak nakal yang selalu bersembunyi di balik kakiku
yang selalu membuatku tertawa
meski tak seucap canda pun kau buat
sebulan yang indah bersamamu
maafkan aku
tak menjagamu
dan meski sudah kujaga kau sepenuh jiwaku
nantinya kan kurelakan juga kau
tenggelam takkan pernah timbul
aku tak bisa membawamu kembali
tenanglah di sana
mimpikan dan doakan aku

sahabatmu,
Mul

Selamat Hari Ibu!

Hari ini, 22 Desember, yang di negara kita tersayang ini biasa diperingati sebagai Hari Ibu. Saya juga mau mengucapkan ini pada emak saya. meski hanya lewat blog dan ga bisa ngasih apa-apa. Maaf ya, Mak. Sampai sekarang saya belum bisa ngasih sesuatu yang berharga. Suatu saat I'll make you proud of me! Janjiiiiii. Naah, untuk itu, saya punya beberapa video clip lagu yang pas buat hari ibu. here they are :
1. Mocca- Hanya Satu

2. Opic feat. Amanda- Satu Rindu

3. Good Charlotte : Thank You Mom

4. Ozzy Osbourne - Mama, I'm Coming Home


Fanfic Lagi!!!!!!!!

Halo, semua. Kembali lagi saya, satu-satunya admin di blog ini. jaah, kayak blog terkenal aja. okeh, to the point, saya ada fanfic baru niy. Masih seputar Martin dan Coldplay. Pengennya sih, yang lain, tapi, lagi fokus ke ini dulu, hehe. Masih terinspirasi dari lagu Charlie Brown dan Xylobands yang bikin glowing in the dark! Okay, just check this out and don't forget to leave a comment after reading this!

Aku sudah mendengarkannya. Ya, lagu yang akan dirilis band-nya Martin sebagai single ketiga. Dan tebak saja, aku sudah jatuh cinta pada lagu itu. Memang, aku harus mendengarkannya sampai tiga kali untuk benar-benar merasakan bagaimana luar biasanya lagu ini. Ini dia lagu terbaik yang pernah mereka ciptakan. Setiap bagiannya benar-benar luar biasa. Liriknya, petikan gitar, ketukan drum, dan suara Martin yang, haruskah kujelaskan bahwa dia memiliki vocal yang lebih dari prima? Intinya, aku sedang menjalin hubungan yang sangat intim dengan lagu ini.

Martin sudah memainkan lagu ini di rangkaian tour-nya rupanya. Well, sudah agak lama. Hanya aku dulu tak memperhatiakn karena lagu ini bukan lagu favoritku. Tapi sekarang, aku tak akan pernah melewatkan sedikitpun hal-hal yang terkait dengan lagu ini. Dan, ternyata mereka juga sudah merilis video live versionnya. Mengapa Martin tak bilang? Waktu lagu ini ditetapkan sebagai single ketiga saja dia bilang. Aku harus meneleponnya.

Aku memencet beberapa digit nomor dan menekan tombol hijau di ponselku. Sedikit lama aku harus menunggu. Ke mana kau, Martin? Tapi akhirnya, ini dia!

“Wow, adakah sesuatu yang darurat sampai kau meneleponku malam-malam begini.”

“Belum ada jam 8! Apa aku menganggumu?”

“Tidak, tidak, tidak. Masih sedikit lama hingga aku naik ke panggung. Ada sesuatu?”

“Jadi kalian sudah merilis video Charlie Brown yang live?”

“Dan kau baru mengetahuinya?” ada nada pembelaan diri di sana.

“Kenapa kau tak bilang?” kini giliran aku yang membela diri, sedikit gemas dengannya.

“Apakah koneksi internet di rumahmu mati? Atau….kau terlalu sibuk hingga tak sempat mencari berita tentang kami?”

Huuufft… terlalu sibuk?

“Dua hari ini aku memang sibuk dengan interviewku untuk NME. Kau tahu aku sedang berusaha agar aku diterima di sana. Ini percobaan yang keempat.” ada nada putus asa setelah itu. Karena aku tak yakin akan diterima. Tiga kali kesempatan aku gagal. Dan masih berharap beruntung di kesempatan keempat ini.

“Ya. Tapi kau tak bilang ada interview dua hari ini.”

“Pentingkah itu?”

“Setidaknya aku bias mendookanmu.” kembali ada sebuah nada pembelaan. Atau mungkin sebuah perhatian?

“Kau masih bisa mendoakanku. Pengumumannya masih besok.”

“Okay. Oh,ya. Aku berharap kau menonton X-Factor mala mini. Kami akan tampil malam ini dan ada sesuatu yang special. Memang bukan yang pertama kali. Tapi melihat kau sibuk dua hari ini, kau pasti belum melihatnya.”

Aku mengerutkan dahi.

“Okelah. Bye!”

Sesuatu yang special? Wow, mereka membuat kejutan lagi. Sejak album studio kelima mereka, banyak sekali kejutan yang mereka munculkan. Dari musik yang lebih segar, konsep graffiti yang mengagumkan, nama album yang jelas belum pernah kau dengar sebelumnya, hingga kostum gajah dan Martin yang mengendarai unicycle dan banyak hal lain yang kalau kuceritakan cerita ini jadi tidak ada akhirnya.

Aku segera menyalakan TV. Meski sudah tahu X-Factor baru akan mulai 30 menit lagi. Jadi kuputuskan mendengarkan Charlie Brown. Sudah kubilang, aku sedang jatuh cinta dengan lagu ini. Kurasa aku juga akan memutar lagu yang lain. Or let this song on my repeat. Entahlah, aku selalu ingin memutarnya kala lagu ini selesai.

Light a fire a fire a spark. Light a fire a flame in my heart. We’ll run wild. We’ll be glowing in the dark. Aku tak bisa untuk tidak menari. Mungkin aku sudah sehiperaktif Martin sekarang. Bodohlah, aku di dalam rumah. Tidak aka nada orang yang melihat.

All the highs all the lows. As the room a-spinning goes. We’ll run riot. We’ll be glowing dark. Aah, itu dia X-Factornya. Aku melepas headphone yang sedari tadi menempel di telinga. Saatnya menonton Martin. Pasti dia juga memainkan Charlie Brown.

Martin, Jonny, Guy, dan Will sudah di panggung. Martin memakai kaus biru lengan pendeknya. Ya, ya, otot-otot lengannya terlihat jelas. Dan seperti dugaanku, mereka memainkan Charlie Brown. Aku pun segera bersorak kegirangan bak anak kecil yang mendapat 3 lollipop. Tapi, astaga, pandanganku beralih pada sekumpulan cahaya warni-warni yang memancar kala mereka bermain. Kadang hidup kadang juga padam, mengikuti ritme lagu yang sedang dimainkan. Aku benar-benar kagum. Inikah hal spesial yang diberitahukan Martin tadi? Dan…itu jelas bukan bagian dari lightning mereka, sepertinya dari penonton. Bukan glow stick tapi.

Charlie Brown selesai, kini mereka memainkan Paradise. Cahaya warna-warni tadi masih memancar dari arah penonton. Dan tunggu, cahaya itu dihasilkan oleh gelang yang mereka pakai. Ya, kamera televisi baru saja menyorot kea rah mereka. Terlihat jelas mereka mengenakan gelang yang mengeluarkan cahaya. Benar-benar kejutan yang indah, boys!

Butterfly confetti mulai bertebaran. Bagian mereka sudah hamper selesai berarti. Saat mereka sudah menghilang dari panggung, teleponku berdiring. Aku harap ini kau, Martin. Kau harus jelaskan tentang gelang ajaib itu!

“Ya?” jawabku girang, padahal belum tentu itu Martin.

“Aku hanya disuruh Martin untuk memastikan apa kau menonton kami tadi.” sahut suara di seberang sana. Jelas bukan Martin. Tapi aku tahu siapa ini!

“JONNYPUFF!!!!!!!!!!!!!!!” teriakku girang. Ya, ini Jonny. Kekasih Martin sesungguhnya. Haha, kami, para fans, selalu berpendapat demikian.

“Astaga, kalian benar-benar melakukannya! Jonnypuff!” ada tawa riang di sana. Bukan hanya milik Jonny, mungkin yang lain juga ikut bergabung. Aku tersenyum riang.

“Katakan padanya, dia berhutang penjelasan tentang gelang itu. Atau kau mau mengambil alih tugasnya?”

“Yang jelas namanya Xylobands. Kau bisa mendapatkannya kalau kau juga punya selembar tiket. Selebihnya, Martin menyuruhku untuk bilang agar kau membaca interview-nya di internet.”

“Sial, ini pasti gara-gara aku terlambat mengetahui video live Charlie Brown kalian.”

“Haha…kudengar kau sibuk dua hari ini. Bolehkah aku ikut mendoakanmu?”

“Apa? Dasar Martin, dia cerita semuanya?”

Jonny tertawa sebentar.

“Tidak semua. Hanya saat kau menangis melihat video kami saat tampil di festival itu dan interview-mu dua hari ini. Dia bilang kau fan yang sedikit aneh. Hahahaha…..” kembali terdengar tawa riang yang riuh. Pasti bukan hanya Jonny.

“Apa? Katakan pada Martin aku akan menjewernya Minggu nanti. Dan tunggu, apa kau bersama yang lain?” tanyaku penasaran.

Kembali ada tawa yang riuh.

“Will’s here!” suara lain menyahut.

“dan Guy!” satu suara lagi. Astaga, mereka bertiga ada di sana semua.

“Tadi Phil juga ikut sebentar.” Kali ini suara Jonny lagi.

“Lalu di mana Martin?”

“Dia ada interview. Kau mau menunggu?”

“Tidak, tidak. Bilang saja aku akan mendaratkan puluhan jeweran kalau dia dating.”

Kembali terdengar tawa yang riuh.

“Kalau begitu, bye! And Good Luck!”

“Thanks, Jonny! Bye!”

Telepon terputus dan aku tersenyum kembali duduk di sofa. Tapi tak berapa lama kemudian, giliran ponselku menerima sebuah pesan. Dari Martin. Isinya : Aku tunggu jewerannya. Aku tertawa kali ini, namun pesannya tak kubalas. Kembali kupasang headphone dan mendengarkan Charlie Brown. Sudah malam dan aku harus tidur.


Senin, 19 Desember 2011

Martin Lagiiii!

Halo, semua! Saya kembali lagi dengan fanfic yang baru setelah 'The Simple Martin' yang kemarin itu. Kali ini gak ada judulnya. Haha, bingung. Okeh, kalu yang kemarin terinspirasi dari video Coldplay live in Glastonbury 2000, kali ini terinspirasi sama single mereka yang bakal jadi single ketiga, yaitu : Charlie Brown! Bagus loh, for me this is the best track in this album. bentar lagi juga bakal dibikin video clipnya. yang katanya, pake model topless gitu. well, entah itu cuma rumor atau memang bener akan begitu. agak gak percaya masalahnya mas-mas Coldplay kan bukan tipe begituan, mereka kan santun banget. tapi kemarin liat update foto dari salah satu model yang ikut di video emang kayaknya beneran sih, modelnya seksi gitu. ah, udahlah, check this fanfic out aja :

Aku menggigil di dalam sini. Padahal aku sudah memakai jaket tebal ini sejak tadi. Hujan amat deras di luar sana. Angin juga cukup lebat. Aku memandanginya dari jendela sambil sesekali meminum secangkir coklat panas. Sial, coklat ini pun tak bisa untuk sekedar mengurangi rasa dingin yang kurasakan. Aku masih menggigil. Kudengar sebuah suara beserta getaran dalam waktu yang bersamaan. Oh, ternyata ponselku. Siapa yang menelepon di tengah hujan deras begini? Pangeran tampan yang kehujanan lalu minta diberi payung? Tanpa melihat nama di layer ponsel, aku langsung mengangkatnya.

“Hey, bisakah kau bukakan pagarmu? Aku akan mampir.” Oh, tebak siapa. Ternyata Martin.

“Hujan deras begini?”

“Justru itu, hujan sangat lebat. Aku tidak mau berada di jalan saat hujan begini derasnya.”

“Okay.”

Setidaknya, pangeran tampan itu tidak minta diberi payung. Belum sempat aku menaruh ponselku kembali, suara klakson mobil sudah terdengar. Astaga, cepat sekali dia. Jadi dia sudah di depan pagar saat menelepon tadi. Secepat kilat aku meraih paying dan segera membuka pagar. Hujan masih sangat lebat, sekuat tenaga aku mencoba melawan kedinginan yang sedang aku terobos. Dari dalam Martin tersenyum, seperti biasa. Dan, Ya Tuhan, di mana kedinginan yang tadi? Hilangkah hanya karena Martin tersenyum tadi?

“Kenapa kau begitu lambat?”

“Hey, aku tak tahu kau sudah di depan pagar saat kau menelepon.” Kataku membela diri.

“Harusnya setelah kau bilang ‘okay’, pintu pagar sudah kau buka.”

“Memangnya rumahku ini hotel dank au tamu VIP-nya?” jawabku jengkel. Sejak kapan Martin menyusahkan seperti ini.

“Memang bukan. Tapi kau tetap harus memuliakan tamumu, kan?” katanya lalu tersenyum lalu meletakkan gitar yang dia bawa tadi. Well, ada konser akustik gratis untukku nanti. Ia lalu melepas jaketnya dan kini ia hanya berkaos lengan pendek biru. Dengan jelas kau bisa melihat kedua otot lengannya yang kekar. Aku harus menelan ludah sendiri. Dan, di manakah kedinginan yang membuatku sangat menggigil tadi?

“Well, kau mau coklat?” tanyaku mengakhiri kekakuan.

“Kalau kau tak keberatan.”

“Tentu. Aku ingin memuliakan tamuku.” Jawabku sedikit sinis dan dia hanya tersenyum.

Martin sedang membuka-buka majalah ketika aku kembali dari dapur. Tersenyum melihat sebuah artikel tentang dia dan band-nya.

“Sampul yang buruk. Harusnya bukan hanya kau yang ada di sampul.” Kataku sedikit mengejek sambil meletakkan secangkir coklat di hadapannya.

“Haha… sudah kubilang aku tak berbakat jadi model. “

Dia segera meminum coklatnya dan mengambil gitar. Well, saatnya akustik gratis dan eksklusif lagi.

“Kami akan segera merilis single ketiga.” Katanya riang dan sekali lagi meminum coklatnya.

“Princess of China, kan?”

“Bukan… tidak jadi yang itu. Ada single yang menurut kami lebih baik dan harus segera dirilis.”

Aku mengerutkan kening. Mencoba menebak-nebak judul lagu itu.

“Biar kutebak, Hurts Like Heaven?”

Dia hanya menggeleng. Tapi matanya menantangku untuk menebak lagi.

“Us Against The World?”

“Kenapa kau payah sekali?” kali ini dia yang meledek.

“Kukira tidak. Kedua lagu itulah yang terbaik. Kalau begitu, Don’t Let It Break Your Heart?”

“Payah juga. Lagu itu bahkan belum kami mainkan live. Aku ragu kau sudah mendengarkan semua track.”

“Percayalah, Martin. Aku sudah mendengarkan semua dan.. ketiga lagu itulah yang terbaik menurutku. Tentunya setelah Every Teardrop Is A Waterfall.”

Dia tersenyum dan berdehem sebentar. Pasti sehabis ini dia akan mulai bernyanyi.

“Apa kau tak memperhatikan yang ini?”

Dia lalu memetik gitarnya dan mulai memainkan sebuah lagu.

“Wooh..ooh..ooh..ooh. Stole a key. Took a car downtown where the lost boys meet. Took a car downtown and took what they offered me.”

Aku mendengarkannya dengan seksama. Mencoba mengingat judulnya. Tapi entahlah tersimpan di otak sebelah mana. Aku benar-benar lupa. Dan Martin masih terus bernyanyi, hamper di pertengahan lagu rupanya.

“Light a fire a fire a spark. Light a fire a flame in my heart. We’ll run wild. We’ll be glowing in the dark.”

Aah, lagu ini. Ya, kurasa track ini berada setelah Paradise. Tepat setelahnya. Tapi, kenapa aku sama sekali lupa judulnya. Sebentar, kurasa judulnya seperti sebuah nama. Nama yang cukup terkenal. Oh, Tuhan. Di mana otakku menyimpannya?

Martin masih tetap bernyanyi. Tapi matanya terus menantangku untuk segera menemukan judul lagu ini. Sial, aku benar-benar tak ingat.

“So we’ll soar luminous and wired. We’ll be glowing dark. “

Bahkan sampai akhir lagu pun aku belum ingat.

“Bagaimana? Ingat?” tanyanya dan aku hanya bisa menggeleng.

“Tapi, sepertinya lagu ini berada setelah Paradise. Dan yang sedikit bisa kuingat adalah judulnya seperti sebuah nama. Nama yang cukup terkenal!”

“Charlie Brown!” kata Martin mantap, membuatku mataku berbinar.

“Itu dia! Benar,kan? Seperti nama sebuah tokoh kartun. Kurasa aku harus mendengarkannya lagi. Kalau kalian memilihnya sebagai single, berarti luar biasa!”

“Memang luar biasa. Well, kata kebanyakan fans.”

Martin menoleh keluar, aku mengikutinya. Hujan sudah reda dan mungkin dia akan segera pulang.

“Kau lihat di luar,kan?”

“Ya, mau pulang sekarang?”

“Ehhmm, kurasa kita belum bercanda tadi.” Katanya kemudian tersenyum lebar, gigi-giginya tampak lagi dan aku tak bisa untuk tidak memandanginya.

“Hah, aku tak mau membuat kau awet muda. Juga.. tak mau melihat gigimu lama-lama.”

Dia tersenyum lebar lagi. Kali ini dia tak lagi malu bahkan terkesan ingin memamerkan gigi-giginya.

“Baiklah. Kalau begitu, aku pulang.”

Dia kembali mengenakan jaketnya, lalu meraih gitarnya dengan cepat.

“Bye!” katanya sambil tersenyum, namun tak selebar tadi. Buru-buru dia menuju pintu tapi tak segera membukanya. Dia justru berbalik dan menatapku.

“Oh,ya! Satu hal lagi, kau harus ke rumahku Minggu nanti. Apple dan Moses merindukanmu.”

Aku mengangguk dan tersenyum. “Pasti.”

“Okay. Bye, lagi.”

Aku tersenyum dan melambaikan tangan. Kudengar mesin mobil dihidupkan. Dari dalam kulihat mobilnya sudah melewati pagar.


Oh, ya. Rencananya saya mau buat blog khusus buat fanfic saya. tapi di tumblr, hehe. Oke deh, sekian. Kalau baca, don't forget to leave the comment, key? That would be very worth for me :)


Kamis, 15 Desember 2011

Coldplay - We Found Love (Rihanna Cover)


Just wanna share this amazing cover :D. Sorry maybe it's too late but this is kinda MUST WATCHED!

Rabu, 14 Desember 2011

Xylobands Memeriahkan Konser Coldplay

Halo, bloggie, visitors, siapa aja yang kesasar #eh #hash. Kali ini saya mau post tentang Xylobands seperti judul postingan ini. Agak telat sih postingnya. But Better Late than Never,kan?
Btw, udah tahu belum Xylobands itu apa? Yang udah tahu berarti bagus, update informasi terus setiap saat. Yang belum tahu jangan khawatir, akan selalu ada orang yang akan memberi tau anda #ceelah. Ini dia gambar Xylobands :

Bagus ya. Mungkin terkesan biasa kalo begini tapi Xylobands itu gelang elektronik yang bisa memancarkan cahaya warna-warni yang bikin konser makin semarak aja. Kayak gambar di bawah ini. bagus ya?








Naah, Xylobands ini sekarang udah jadi bagian dari rangkaian Mylo Xyloto Tour milik Coldplay. Setiap penonton yang dateng ke konser dapet satu gelang Xylobands ini. Enak ya, doain mereka dateng ke Indonesia trus saya bisa lihat biar dapet nih gelang ajaib :D. Uniknya ini gelang ga menyala terus sepanjang konser. ada kala-kala tertentu mereka menyala mengikuti ritme lagu yang dibawain Coldplay. Xylobands sendiri sebenarnya memakai sistem radio control, cuma belum diketahui pada saat apa aja nih gelang bakal nyala atau bagaimana nyalainnya.
Urusan siapa yang bikin ide magnificent ini, Chris Martin bilang gelang ini diciptain oleh seorang pembuat alat bantu seks bernama Jason Regler. Berikut petikan wawancaranya :
"Ada orang yang bernama Jason, yang menyukai Coldplay. Ia biasa membuat alat bantu seks berupa vibrator yang digunakan dengan telepon genggam. Pada dasarnya, ia seorang penemu. Menurut saya, ia datang ke Glastonbury (Glastonbury Festival 2011) musim panas ini dan mendapat sebuah ide—ketika kami sedang manggung—untuk membuat gelang bersinar ini. Ia mengontak kami dan mengatakan, 'Bagaimana menurut Anda?' dan kami mengatakan, 'Sepertinya itu ide yang paling bagus selama ini'... dan sekarang kami memiliki gelang ini untuk setiap penonton yang memiliki selembar tiket," terang Martin dalam Smart On, acara radio XFM, Minggu (11/12/2011) lalu.

Buat yang pengen ngeliat efek Xylobands secara lebih jelas, bisa langsung check video ini :



Rabu, 07 Desember 2011

Curhatan Saya

Halo, lagi. Lagi ada mood ngeblog niy, jadi saya posting segala sesuatu yang ada di kepala saya. termasuk mungkin benang-benang halus macam jaring laba-laba yang sudah lama ada di otak saya ini.
How's today? How's this week?
Let's start by today. I woke up with a very surprising feeling. Bukan karena dikejar-kejar hantu atau orang gila. But i dreamed of Fix You. ga ngenakin sebenarnya mimpinya. Jangan pikir saya mimpi dinyanyiin Chris Fix You *emang sih ngarep. tapi jujur bukan itu. horror malah. dalam mimpi itu saya lagi pelajaran sejarah sama guru SMA saya yang super horror itu. *tanya dimana Fox You-nya? Sabar, waktu itu lagi pembagian nilai juga, naah nilai saya itu termasuk jelek sekali. sampai sedih banget saya. dan entah bagaimana, tiba" mereka semua pada koor 'Lights will guide you home. And ignite your bones. And I will try to Fix You'. habis itu juga saya teriak "Martiiiin Martiiin. Lagu itu diciptain Chris Martin." tapi ga tau kenapa pada ga ngedenger semua. padahal teriakan saya keras lho. lalu saya liat ada bayangan empat orang kayak Coldplay era X&Y. tapi ga jelas, malah saya langsung terbangun gelagapan. perasaan udah ngga enak. lalu saya log in fb dan liat di beranda kalau, tim bola kesayangan saya, Man. United kalah dari FC Basel. So, we cannot continue to the next level. huuft, sedih pasti. tapi saya harap today isn't my worst day. and Alhamdulillah, pas di sekolah saya denger kabar kalau nilai bahasa Inggris saya bagus. hihkhiihihi.
and THIS WEEK!
i cannot say how this week occurs for me cause today's still Thursday. Tapi biarpun gitu, 4 hari ini kayak roller-coaster banget. seneng bisa seneng banget, tapi giliran dapet buruk juga ga terlalu buruk hehe. okay deh, segini dulu curhatan saya, bye

Coldplay - Dont Panic @ Glastonbury 2000













Kalau tadi udah saya kasih cerpen yang terinspirasi dari video Coldplay live in Glastonbury 2000, kali ini saya ngasih capture dari video itu. Just enjoy it. Liat gorgeous Chris yang masih muda. I wanna back in year 2000 after watching this so I can see the very young Chris, Jonny, Guy, and Will. when they were not as famous as nowadays. Ten years are really fast but as i told you in my short story, they do never change! maybe just their music but their personality isn't either.

The Simple Martin

Halohaiiii, met siang karena gua postingnya siang juga :D. okay guys here I come with an 'unordinary' post. kenapa? karena gua hadir barengan cerpen gua yang pertama gua post di blog ini. yang pertama di pos loh ya, bukan yang pertama dibuat. Yang pertama kali dibuat ga gua post malah. FYI, aja. nih cerpen terisnpirasi setelah gue liat video Coldplay live in Glastonbury 2000. Tepatnya pas Chris Martin bilang 'I don't know if any of you have ever heard of us. But we're called coldplay.' Lalu membungkuk sopan di hadapan audience. Okay let's check this out aja! :


Aku baru saja selesai menonton video itu, dan berencana mematikan komputer sebelum kusadari bahwa dia telah berdiri di belakangku. Ia lalu menyodorkan tisu, mengetahui mataku berair.

“Kau menonton lagi,ya?”

“Lagi?” aku mengernyitkan dahi. Sebenarnya memang iya, aku menonton video itu sudah dua kali. Tapi kurasa, tidak seorang pun tahu aku menontonnya untuk pertama kali. Lalu bagaimana dia tahu?

“Ya. Dan memang iya,kan? Pertama saat malam hari atau lebih tepatnya tengah malam, kau menontonnya dengan haru. Dan kedua, baru saja ini.”

Aku kembali mengernitkan dahi. Bagaimana dia tahu itu semua? Namun lelaki ini memang hebat. Dia tahu aku bingung, lalu buru-buru membuka mulut memberi penjelasan.

“Malam itu sebenarnya aku dating. Aku ingin memberikanmu kalung The Rolling Stones yang aku beli di festival. Tapi kulihat kau amat khusyuk di depan komputer. Sampai kau tak tahu ada seseorang yang membuka pintu kamarmu. Aku tak mau kau terganggu, jadi lebih baik aku pulang.”

Aku tersenyum sekarang.

“Dan kau tahu? Sampai rumah aku pun menonton video itu.”

Senyumku semakin lebar. Kubenahi caraku duduk, lalu bersiap mendengarnya bercerita.

“Dan kau menyadari sesuatu?”

“Ya, kau lihat betapa masih mudanya aku. Juga betapa pemalunya aku waktu itu. Kadang aku tak percaya sendiri. Aku dan band-ku tentunya tampil di festival megah itu saat kami baru punya satu album.”

“Kau tak pernah membayangkan 10 tahun berikutnya kau akan sering tampil di sana dan festival megah lain?”

Dia menggeleng pelan dan sambil menerawang jauh dia mulai lagi bercerita.

“Jangankan membayangkan hal seperti itu. Yang aku pikirkan dulu hanyalah agar aku bias berdiri dan bernyanyi di sana tanpa pingsan. Kami semua sangat gemetar waktu itu. Bahkan aku tak sadar apa aku masih menginjak tanah atau tidak.”

“Dan kau lihat bagaimana kau dan band-mu sekarang?”

Dia tersenyum lebar memamerkan deretan gigi-gigi putih yang rapi dan rahangnya yang begitu kokoh.

“Ya, kami semua mulai menua. Kulitku juga tidak sekencang dulu lagi.”

“Tapi kau justru makin pandai berdansa di usia segini.”

Kembali ia tertawa. Dan beginilah dia jika sudah tertawa. Bukan hanya mulutnya saja yang terbuka lebar, tapi semua anggota tubuhnya seolah ikut terbuka. Initnya semua ikut tertawa.

“Hey, kau memandang gigiku,ya?”

“Kau tertwa. Dan di saat itu pasti kau pamerkan gigi-gigimu itu.”

Kali ini dia tersenyum. Tapi tak lebar seperti tadi. Hanya kedua ujung bibirnya yang naik. Ia tak lagi memamerkan gigi-giginya.

“Ah, sudahlah. Aku sudah cukup tua. Tak pantas bercanda laiknya anak muda.”

“Kau justru akan awet muda kalau hobi bercanda.”

Lagi, dia hanya tersenyum tipis. Lalu mengambil sesuatu dari saku celananya.

“Ini untukmu. Aku harus membongkar lemari untuk menemukannya. Untunglah masih ada. Dan rasanya… aku terlalu lama di sini. Aku takut semakin bertambah muda jika bersamamu. Aku pulang, ya? Bye.”

Lalu ia letakkan benda dari saku celananya tadi. Sebuah harmonika yang cukup tua. Yang aku yakin inilah harmonika yang sama, yang ia mainkan seperti di video itu. Kulihat dia hamper sampai di depan pintu. Cepat-cepat kubuka mulut sebelum ia melewati pintu itu.

“Tapi kau tak pernah berubah, Martin.”

Dia berbalik dan tersenyum tipis.

“Jangan lupa sampaikan salamku untuk Apple, Moses, juga Gwyneth.”

Dia hanya mengacungkan ibu jarinya lalu berlalu melewati pinru. Aku memandangi punggungnya yang tegap berlalu melewati pintu. Ya, kau memang tak pernah berubah, Martin. Kau tetaplah Martin yang selalu berusaha menyembunyikan kegugupannya di depan para wanita. Kau selalu menjadi Martin yang polos, rendah hati, namun tak jarang bias bertingkah konyol. Kau masih Martin seperti saat kita pertama bertemu. Kala kau merangkulku karena aku tak bias menghentikan tangis setelah konsermu.

Pandanganku pun beralih ke harmonika pemberiannya tadi. Kuambil lalu kucoba memainkan ‘Don’t Panic’ seperti dia pada video itu. Tak sebagus dia memang. Tapi aku akan selalu mencoba untuk seperti dia. Terima kasih, Martin.

Inspired by this video :



Gimana, udah baca? Gaje kan? Yah, inilah tulisan seorang fan yang merana :D. Kalau udah baca *kalau ada* tolong kasih komen ya, biar saya bisa belajar :). Ini cerpen saya buat pas saya try out UAN. Pas udah selesai ngerjainnya, daripada gaje nunggu bel mending coret-coret danjadilah ini :)


Senin, 05 Desember 2011

Test, Pressure, Expectation, oh what a damn life!

Hello, you may not gonna read this. I know , you don't wanna read a stupid words like this.
dear life, i know how complicated you are and your action to make people die faster work perfectly. and then dear High School, you make people want to die just after they come in you.
dear lesson, do you think i'm happy dating you everyday? BIG NO! I'M FCKIN' STARVIN' with you